Keunikan di Balik Universitas Gajayana




Kampus Gajayana memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kampus-kampus lain di kota Malang. Keunikan itu adalah penemuan prasasti dan artefak lain yang menggambarkan sejarah besar Kerajaan Kanjuruan pada masa Raja Gajayana.
Ada apa sih Universitas Gajayana di zaman dulu? Nama Gajayana sendiri ternyata diambil dari seorang raja pada kerajaan Kanjuruhan. Karena malang sendiri dulunya di miliki oleh kerajaan Kanjuruhan dimana rajanya bernama raja Gajayana. Sosok raja yang humoris, ramah dengan rakyatnya, bijaksana, suka kumpul dengan rakyatnya bahkan pintar menari topeng panji, seperti itulah sosok seorang raja Gajayana yang sebenarnya. Seperti yang dipaparkan oleh Ketua Prodi Ilmu Komunikasi, Pak Eko, bahwa spirit totalitas dari sosok Gajayana sebagai raja, dianut dalam pengelolaan pemilik dan pengurus Universitas Gajayana, “Tidak Akan Terjadi Pertikaian” itulah yang dipercayai Universitas Gajayana kedepannya nanti.
Selain dari nama dan spirit yang diambil, ada hal unik yang terdapat dari kampus Universitas Gajayana ini. Pada zaman dahulu, ada istilah yang namanya “Kaputren” atau bisa dikatakan sebagai tempat beristirahatnya dan tempat bermandinya para putri kerajaan Kanjuruhan. Hal ini ditunjukkan dari kali atau sungai kecill yang terletak disamping pintu masuk Universitas Gajayana, dimana kali itu dulunya bernama kali Braholo. Inilah keunikan Kampus Gajayana, meski tidak ada yang tau tepatnya disebelah mana dulunya letak Kaputren tersebut, namun dari penjelasan salah satu dosen kecenya anak ilmu komunikasi, yaitu pak Sindu mengatakan bahwa Kampus Universitas Gajayana ini berdiri diatas Kaputren Kerajaan Kanjuruhan. “Tidak hanya itu, ternyata sering ditemukan sumber mata air yang tidak akan ada habisnya, diantara kali Braholo dan kali Metro ini. Karena jika kita menggali sumur diantara kali Metro dan kali Braholo ini, akan sangat mudah mendapatkan sumber airnya, cukup 10-15meter, tapi jika diluar itu butuh lebih dari 15meter untuk menemukan sumber airnya”, jelas Pak Sindu Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gajayana.
Bahkan ada keunikan yang lebih nyata lagi yang dapat kita saksikan dari, seperti apa sih area kampus Gajayana ini pada masanya? Ketika awal pembangunan gedung Pascasarjana Universitas Gajayana ini, pernah ditemukannya suatu prasasti atau artefak, sebagai suatu peninggalan yang sangat berharga bagi Kampus Universitas Gajayana saat ini. Artefak ini sebelumnya belum pernah ada yang mengeksposnya di internet, sosok cantik dengan hidungnya yang mancung dan bibir tebalnya ini, masih belum ada yang mengetahui ini adalah sosok dari siapa di zamannya dahulu. Namun menurut bapak Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Gajayana, Pak Eko, artefak ini terlihat seperti bukan face orang Indonesia tetapi orang Thailand atau Taiwan, dan beliau meyakini jika artefak tersebut bukanlah sosok Raja Gajayana yang sebenarnya, akan tetapi artefak tersebut hanyalah sebuah pemberian atau gift dari kerajaan lain yang diberikan kepada raja Gajayana. “Sejarahwan dulu pernah ingin membeli artefak yang seperti ada campuran emas atau bahan lain selain sebuah batu itu, dengan sebuah gedung, ingin diminta ditukar dengan gedung. Tidak hanya artefak ini, tetapi beberapa batu yang ditemukan saat penggalian untuk bangunan gedung kampus Gajayana ini. Tapi pihak kampus tidak mengijinkannya, sehingga artefak tersebut masih kita miliki, dan bebatuan yang ditemukan itu juga kami taruh di taman depan gedung Pascasarjana”, ujar Pak Eko. Jangankan sejarahwan, tukang gali yang pertama kali menemukan artefak tersebut sempat membawa artefak ini pulang kerumahnya, namun tukang gali ini mendapatkan mimpi bahwa artefak tersebut ingin dikembalikan pulang ketempat asalnya yaitu di Kampus Gajayana sendiri. Kemudian dari dinas purbakala akhirnya sengaja meninggalkan atau memberikan ijin kepada pihak Universitas Gajayana untuk menjaga artefak tersebut tetap berada di lingkungan kampus.

Prasasti Gajayana

“Kalau hanya mencari informasi di sekitaran kampus, akan sedikit informasi yang didapatkan mengenai sejarah atau kebudayaan tentang kerajaan Kanjuruhan ataupun tentang raja Gajayana sendiri. Karena kerajaan Kanjuruhan sendiri terletak di wilayah kota Malang, jadi perlu lebih luas lagi mencari informasinya. Jika ingin menelusuri lebih jauh lagi, bisa melalui situs Watu Gong atau melalui Candi Badut. Karena pusat pemerintahan kerajaan Kanjuruhan konon katanya ada di daerah Candi Badut atau bisa ke daerah SD Tlogomas yang sebelahnya tandon itu, disana ada prasasti yang lebih bisa dibaca tahun kapan terjadinya sejarah tersebut. Kalau artefak yang ditemukan disini kan kita belum mengetahui ini peninggalan pada tahun berapa”, lanjut saran dari Pak Sindu salah satu dari dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gajayana yang sedikit banyak memahami cerita sejarah kerajaan Kanjuruhan dan raja Gajayana ini. Nampaknya hal ini tidak hanya berakhir disini saja, perlu tambahan informasi dan mendengar kisah-kisah sejarah lainnya, agar dapat lebih banyak menemukan keunikan lainnya dibalik Kampus Universitas Gajayana ini.

Post a Comment

0 Comments